Nilai Tasamuh Serta Keunggulan Orang yang Beriman dan Berilmu

Posted by Muhadjir Al Murtaqy On Jumat, 20 Januari 2012 0 komentar

Oleh : Muhadjir Al Murtaqy

يا أَ يُّهَا  ا لَّذ ينَ  ا مَنُـوْا  إِ ذَا  قـيْـلَ  لَـكُـمْ  تَـفَـَّسـحُـوا  فِـى ا لْـمَجَـا لـِسِ  فـا فـسـحـوا  يـفـسـح  ا لله

نـكـم   و إ ذا  قـيـل  ا نـشــزوا   فا نـشـزوا .  يـر فـع  الله  ا لذ يـن  ا مـنـوا  مـنـكـم  و ا لذ يـن  أ و تـوا   ا لـعــلـم   د ر جـا ت . ( ا لـمـجـا د لـه : 11)

            ‘Hai orang orang yang beriman apabila dikatakan kepadamu ‘berlapang lapanglah dalam majelis , maka lapangkanlah niccaya Allah akan memberi kelapangan untukmu .dan apabila dikatakan ;’berdirilah kamu’ , maka berdirilah, niscaya  Allah akan meninggikan orang orang yang beriman diantara kamu dan orang orang yang diberi ilmu pengetahuan  beberapa derajat .dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (qs.58;11)

            Asbabun Nuzul;
            Diriwayatkan dari Ibnu Jareir dari Qotadah , berkata; Adalah para shahabat , jika melihat ada orang datang kepada mereka, mereka berdesakkan tempat duduk disisi Nabi s.a.w. Atas kebiasaan ini maka turunlah surat; 58; 11

            Ibnu Abi Hatim dari Muqotil, berkata; surat;58; 11 ini turun di hari Jum’at , saat itu para  shahabat  dan Nabi s.a.w. baru pulang dari perang Badar, berada disuatu tempat sempit, mereka tidak mau mencari tempat yang luas, sehingga mereka pada berdiri, dan kemudian Nabi s.a.w. memerintahkan agar sekelompok orang pindah tempat. Kemudian tempat itu ganti diduduki  orang lain. Hal ini menimbulkan rasa iri  bagi mereka yang dipindah. Atas perisistiwa ini maka turunlah ayat; ll dari Surat ke; 58. ( Asbabun Nuzul, Imam As Suyuthy; 406 ).

            Ada beberapa pelajaran yang dapat kita peroleh dari kandungan ayat tersebut;
1. Ayat tersebut mengandung pelajaran bahwa diantara adab di dalam majelis adalah memberi kelonggaran atau kelapangan tempat duduk bagi saudaranya, terutama yang baru hadlir. Hal ini dapat kita pahami dari firman Allah; ’idzaa qiila lakum tafassahuu fil majaalisi fafsahuu’ ( apabila dikatakan kepadamu ; berlapang - lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah ).
Secara tersirat dapat dipahami bahwa penggalan ayat diatas juga mengandung ‘nilai ukhuwwah’, yakni dalam arti dengan lebih mementingkan ikhwannya dari pada dirinya sendiri meskipun kasusnya mengenai tempat duduk.

            Sejalan dengan ayat tersebut adalah sebuah hadits Rasulullah s.a.w. sebagai berikut;

عـن  إ بـن  عـمـر  ر ضـى الله عـنـه  قـا ل : قـا ل  ر سـول الله  صـلى  الله  عـلـيـه  و سـلـم  : لا يـقـيـم    ا لـرجـل  ا لرجـل   مـن  مـجـلـسـه   ثـم  يـجـلـس  فـيـه  ,  و لـكـن   تـفـسـحـوا   وتـوسـعـوا .  مـتـفـق  عـليـه .

            Dari Ibnu ‘Umar ia berkata; Telah bersabda Rasulullah s.a.w. ; ‘Tidak boleh seseorang bangunkan seseorang dari tempat duduknya lalu ia duduk disitu ( tetapi hendaklah ia berkata ); berilah kelonggaran dan berilah keluasan’.  ( Muttafaq ‘alaih/Bulughul Marom; 1470 ).

            Bila kita aplikasikan dalam kehidupan masyarakat, pemahaman ini dapat diperluas dalam arti hendaknya didalam hidup dan kehidupan bermasyarakat ini kita senantiasa bersikap  TASAMUH, tenggang rasa, tidak egois, peka terhadap lingkungan, peduli terhadap nasib saudaranya dan pandai membaca keadaan dimana mewajibkan kita untuk ambil bahagian didalam menolong kesulitan saudaranya.
            2. Allah memberi imbalan pahala yang setimpal terhadap amalan seseorang. Ini dapat kita pahami dari firman - Nya yang menyatakan; "yafsahillaahi lakum” ( niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu ). Yakni balasan orang yang memberi kelapangan adalah diberi pula kelapangan oleh Allah.
            Rasulullah s.a.w. bersabda;=====

" مـن  يـسـر  عـلـى  مـعـسـر يـســر  الله  عـلـيـه  فـى  ا لد نـيا   و الا خـر ة  وا لله  فـى  عــن ا لـعـبد         مــا كـا ن  ا لعـبـد  فـى  عـون  أ خـيـه... "  ا لحـد يث   رواه مـسـلـم \ قـبـس  مـن  نـور  مـحـمـد صـلى الله عـلـيه  و سـلـم , صـحـيفة: 112, نـمـر ة :27

            “…barang siapa yang memberi kemudahan bagi seorang yang dalam kesulitan, niscaya Allah akan memberikan kemudahan baginya, baik di dunia maupun diakherat.Dan Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama ia menolong saudaranya…” (A Hadits riwayat;Muslim )

            3.Ada beberapa pemahaman didalam menafsirkan firman Allah;’idzaa qiilan syuzuu fanzuu’ (apabila dikatakan;berdirilah kamu, maka berdirilah).

            Muqotil berkata;maksud penggal ayat ini adalah; Jika kalian diseru untuk mengerjakan sholat, maka bangkitlah dan berangkatlah menuju tempat sholat.
Abdurrahman bin Zaed bin Aslam berkata;’Adalah para shahabat bila mereka berada di kediaman Nabi s.a.w., kemudian apabila telah selesai segala urusannya , masing masih menginginkan agar dialah yang paling akhir keluar dari majelis Nabi s.a.w. tersebut (boleh jadi mereka ingin lebih lama lama bersama Nabi s.a.w.) , namun  Nabi s.a.w enggan menyuruh mereka keluar, meskipun sebenarnya beliau ada kebutuhan lainnya yang lebih penting (maka turunlah ayat ini sebagai tanda idzin bagi tuan rumah apabila kedatangan tamu, sementara beliau ada kebutuhan yang lebih
penting secara syar’y, maka boleh mempersilahkan tamu tersebut – dengan cara yang bijak- untuk kembali. Atau bertemu pada kesempatan yang lain).Hal ini sejalan dengan firman Allah;

و إ ن  قـيل  لـكـم  ا رجـعـوا  فـا رجـعـوا...)  النـور:28)

“…dan jika dikatakan kepadamu;kembali (sajalah) , maka hendaknya kamu kembali…”(QS;24;28).

            Sementara itu, Ibnu Katsir didalam memahami maksud firman Allah diatas menyatakan  bahwa apabila  diseru kepada kebaikan hendaklah kita penuhi seruan tersebut. Walaahu a’lam.   
4.Didalam ayat tersebut Allah menyatakan akan mengangkat beberapa derajat terhadap orang orang yang beriman dan diberi ilmu pengetahuan, bukan mereka yang ‘diberi harta’.
             Ini menunjukkan bahwa ‘ilmu pengetahuan bagi orang orang yang beriman memang mempunyai nilai yang tinggi disisi Allah sehingga bisa mengangkat pemiliknya kederajat yang tinggi disisi-Nya.Bahwa kita perlu harta itu jelas, namun sebagaimana kita ketahui bahwa harta adalah  sekedar  sarana untuk beribadah, bukan tujuan.
            Ada tiga macam  ilmu pengetahuan yang wajib dituntut, sedang selainnya adalah sekedar keutamaan atau tambahan saja.Nabi s.a.w. bersabda;

ا لـعـلم  ثلا ثـة  فـمـا  وراء  ذ لـك  فـهـو  فـضـل  : ا يـة  مـحـكـمـة  ,  ا و  سـنـة  قـا ئـمـة  ,  ا و
فـر يـضـة  عـا د لـة  . رواه  ا بـن  مـا جـه ,  عـن  عـبـد الله بـن  عـمـرو\  سـنـن  ا بـن  مـا جـه :
نـمـر ة : 54

            ‘Ilmu pengetahuan itu ada tiga macam;ilmu tentang ayat ayat (al Qur aan) yang muhkamat, ilmu tentang As Sunnah yang tegak lurus, dan ilmu mengenai pembagian warits yang lurus.Sedang selebihnya adalah tambahan (HR Ibnu Majah/ nomor;54)
            Disini menunjukkan bahwa di dalam menuntut ilmu harus ada scala prioritas.Dahulukan yang terpenting kemudian yang penting, dan seterusnya.
            Beberapa perbedaan prinsip antara harta dan ilmu pengetahuan, seorang ahli hikmah mengatakan sebagai berikut;
            1.Harta dapat dimusnahkan tetapi (Iman dan ilmu) pengetahuan tidak dapat dicuri.
            2.Orang kaya (umumnya) banyak  lawan dan/akan tetapi orang (yang beri Iman dan ber ) ilmu             pengetahuan banyak kawan.
            3.Orang kaya (umumnya) banyak  susah (nya) dan/akan tetapi orang (yang ber Iman dan ber)       ilmu banyak gembira (nya)

            4.Harta (pada umumnya)berakibat menyusahkan sedang ( Iman dan ilmu ) pengetahuan menggembirakan.

            5.(Iman dan Ilmu) pengetahuan menjaga kita sedang harta, kitalah yang menjaganya.
            6.Harta (merupakan) kekayaan jasmani, sedangkan (Iman dan ilmu) pengetahuan (merupakan)     kekayaan ruhani.
            7.Harta (bila) diberikan pada dzahirnya semakin berkurang , sedangkan Ilmu pengetahuan            (bila) diberikan semakin  bertambah.
            8.Jasmani (bila) sudah makan  (terasa) kenyang , (namun) ruhani (bila) sudah makan         (terasa)lapar.
            9.Harta semakin dipakai semakin usang , sedang (iman dan ilmu) pengetahuan semakin      dipakai semakin bercahaya.
10.Harta (akan) ditinggal di dunia , (sedang Iman dan ilmu) pengetahuan dibawa   keakhirat.Wallahu a’lam.

            Adapun manusia, dalam kaitannyya dengan harta dan ilmu terbagi menjadi empat golongan;

            Pertama;Manusia yang berharta dan berilmu, dan dengan harta dan ilmunya itu dia pergunakan untuk menyambung rahim (bershilaturrahim), meningkatkan ketaqwaan kepada Allah.Maka inilah sebaik baik golongan.

            Kedua;Manusia yang diberi ilmu, tapi miskin harta.Namun dalam hatinya dia berkata; Seandainya aku dikaruniai harta, niscaya harta tersebut akan saya gunakan untuk menyambung rahim (shilatur rahim), meningkatkan taqwa kepada Allah.Maka nilai golongan yang kedua ini sama dengan golongan yang pertama.

            Ketiga;Manusia yang kaya, namun tidak berilmu.Dia gunakan kekayannya itu untuk berfoya foya, dihambur hamburkan tanpa manfa’at, tidak  untuk shilaturrahim, dan tidak pula untuk bertaqwa kepada Allah.Maka inilah golongan paling jelek.

            Keempat; Manusia yang miskin harta dan juga miskin ilmu.Namun dalam hati ada niat sekiranya dia diberi harta, maka akan digunakannya harta tersebut untuk berfoya foya, dihambur hamburkan tanpa manfa’at, tidak bershilatur rahim dan tidak untuk bertaqwa kepada Allah.Maka golongan yang keempat ini nilainya sama dengan golongan yang ketiga. (Disadur dari   hadits riwayat At-Tirmidzy dan Ahmad/1100 hadits terpilih, hal;123).

ALHAMDULILLAH IYYAKA NA’BUDI WAIYYAKA NASTA’IIN.

READ MORE